Rabu, 12 Maret 2014

Seni Patung di Indonesia

Seni patung di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan seni ukir. Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia mengenal seni ukir sekitar tahun 1500 Sm\M, yaitu pada zaman batu muda (Neolitik). Nenek moyang bangsa Indonesia membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat dan bahan-bahan lain dengan motif dan pengerjaan yang sangat sederhana.
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan. Motif yang dibuat masih berbentuk geometris berupa garis, titik, dan lengkungan. Seni ukir mulai berkembang pada zaman perunggu di tahun 500 hingga 300 SM yang sudah mengguankan bahan perunggu, emas, dan perak. Mereka bahkan telah mengenal teknik cor, dan memiliki variasi motif yang beragam.
Perkembangan seni ukir di Indonesia mulai berkembang pesat setelah masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam. Pada masa itu, sebagai penghormatan terhadap Raja, maka dibuatlah ukiran pada candi-candi dan prasasti. Bahkan, ukiran juga ditemukan pada keris dan tombak, batu nisan, dan alat-alat kesenian (gamelan dan wayang).
Motif-mitif ini juga sering kali berkisah tentang para dewa dan pahlawan. Ketika seni ukir menemui masa keemasannya, barulah masyarakat mengenal seni oahat atau patung. Masyarakat sudah mulai berpikir ntuk menciptakan sesuau yang lebih indah dan menarik lagi. Tidak hanya mengukir, tapi membuat sebuah bentuk.
Perkembangan Seni Patung
Seni patung telah mengalami perkembangan yang pesat. Awalnya, fungsi dari seni patung hanya bersifat magis dan ritual. Namun, kini patung hanya berfungsi sebagai hasan.
Seni ini merupakan kesenian yang dikenal oleh berbagai masyarakat di Nusantara. Terlihat dari banyaknya patung dengan pahatan motif yang memberikan ciri tersendiri akan kesenian masing-masing daerah. Misalnya, pada ukiran kayu motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif dari luar jawa.
Sayangnya, semenjak kemunculan seni rupa modern Indonesia ketika awal abad ke-20, seni patung mulai dipandang sebelah mata. Keberadaanyya kalah popler dengan seni lukis. Apalagi, ketika seni kontemporer di Indonesia mulai berkembang. Seni patung seperti terabaikan.
Padahal, perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia juga akibat peran dari seni patung. Pada tahun 1977, sebuah exhibition berjudul “Pameran Seni Patung Kontemporer Indonesia” diadakan. Itulah pertama kalinya kata “kontemporer” muai digunakan dan menjadi populer hingga sekarang.
Akan sayang sekali jika seni patung yang merupakan salah satu akar kesenian di Indonesia punah oleh zaman. Untuk itu pematung G. Sidharta Soegijo mulai memprakarsai berdirinya Asosiasi Pematung Indonesia (API) pada 7 Juli 2000. Beliau merupakan seniman yang menjadi pelopor Pameran Seni Paung Indonesia pada tahun 1977.
Pematung Indonesia
Dolorosa Sinaga
Edhi Sunarso
Gregorius Sidharta
I Nyoman Nuarta
G. Sidharta Soegijo
Sumber: nisarosyidatun.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar