MUSIK DAERAH
Di Indonesia banyak sekali kita temukan alat musik yang bermacam-macam,
baik alat musik tradisional (asli Indonesia) maupun alat musik yang
berasal dari luar seperti trumpet, drums, kecapi, dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya instrument musik ini menjadikan nusantara kaya dengan
keanekaragaman musik daerah, antara lain:
1. Karawitan
Karawitan adalah seni mengolah bunyi alat musik tradisional gamelan.
Dengan kata lain karawitan adalah bentuk orkestra dari perangkat musik
gamelan.
Asal kata karawitan berasal dari bahasa sansakerta, yakni rawit, yang
berarti keharmonisan, elegan, dan kehalusan. Ada pula yang berpendapat
bahwa karawitan berasal dari kata ngerawit yang artinya rumit. Maksudnya
musik karawitan itu tidak sekadar bunyi-bunyian, tapi ada rangkaian
bunyi-bynyian yang rumit didalamnya, namun sangat indah.
2. Gambang Kromong
Gambang kromong merupakan kesenian asli betawi. Kesenian ini merupakan
percampuran musik gamelan dengan musik cina. Bila dilihat dari alat
musik yang dimainkan, tampak jelas pada alat musik geseknya yaitu
tehyan, kongahyan, dan sukong, berasal dari cina. Sedangkan gambang,
gong, kecrek, dan kendang yang berasal dari gamelan jawa.
3. Tanjidor
Tanjidor sendiri diambil dari bahasa Portugis, tangedor yang berarti
alat musik berdawai alias stringed instrument. Namun saat masuk ke
Betawi, maknanya mulai berubah menjadi music brass (tiup logam).
Pasalnya Tangedor dimainkan oleh 7 sampai 10 orang yang didominasi oleh
alat musik tiup semisal clarinet, trombone, piston, saksofon tenor,
saksofon bas,membranofon, tambur hingga simbal. Menurut beberapa
literatur, musik tanjidor sendiri merupakan hasil rintisan seorang bekas
tawanan yang dimerdekakan (mardijkers) bernama asli Augustijn Michiels
(1769 – 1833) atau yang akrab disapa Mayor Jantje.
Lantaran memainkan musik hanya untuk kesenangan, kepuasan batin serta
merupakan kegemaran saja, tak heran jika banyak musisi-musisi tanjidor
saat itu tidak mengenal not balok. Namun keunikan perpaduan nada-nada
yang keluar lewat berbagai alat musik tiup yang diharmonisasikan dengan
gemuruh perkusi membuat kelompok musik ini digemari. Tidak hanya itu,
lagu-lagu yang kerap mereka dendangkan juga biasanya berirama ceria dan
atau bernada mars. Sebut saja Kramton, Bananas, Cente Manis, Kramat
Karem, Merpati Putih, Surilang, Jali-Jali, Kicir-Kicir, Sang Kodok
hingga Sirih Kuning. Kemungkinan besar ini didasari oleh polah etnik
Betawi yang jenaka.
4. Talempong
Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau ada yang terbuat
dari kuningan dan ada pula dari kayu dan batu. Talempong berbentuk
bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya
terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai
tempat tangga nada (berbeda-beda). Musik talempong akan berbunyi jika
dipukul oleh sepasang kayu.
5. Angklung
Sejak Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat
dari bambu khusus, yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun
1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian lokal atau tradisional. Namun karena bunyi-bunyian yang
ditimbulkannya sangat merdu dan juga memiliki kandungan lokal dan
internasional seperti bunyi yang bertangga nada duremi fa so la si du
dan daminatilada, maka angklung pun cepat berkembang, tidak saja
dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan regional, nasional dan
internasional.
Jumlah pemain angklung bisa dimainkan oleh sampai 50 orang, bahkan
sampai 100 orang dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya seperti;
piano, organ, gitar, drum, dan lain-lain. Selain sebagai alat kesenian,
angklung juga bisa digunakan sebagai suvenir atau buah tangan setelah
dihiasi berbagai asesoris lainnya.
Sepeninggal Daeng Sutigna kreasi kesenian angklung diteruskan
oleh muridnya yang bernama Saung Ujo dengan membuat pusat pembuatan dan
pengembangan kreasi kesenian angklung yang disebut ‘Saung angklung Mang
Ujo” yang berlokasi di Padasuka Cicaheum Bandung. Salah satu program
yang ia lakukan khususnya untuk mempertahankan kesenian angklung adalah
memperkenalkan angklung kepada para siswa sekolah, mulai TK, sampai
dengan tingkat SLTA dan bahkan telah menjadi salah satu kurikulum pada
pada mata pelajaran lokal.
6. Kolintang
Kolintang atau kulintang adalah alat musik khas daerah Minahasa,
Sulawesi Utara. Kolintangdibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat
seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang
mempunyai konstruksi fiber paralel.
Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada
tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita
lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut
akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
7. Saronen
SARONEN adalah musik Rakyat yang tumbuh berkembang di masyarakat Madura.
Harmonisasi yang dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang
dihasilkannya memang dipadukan dg karakteristik dan identitas
masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka mengilhami
penciptanya .
Saronen berasal dari bahasa Madura "sennenan " ( Hari Senin ). Konon
setiap hari pasaran yang jatuh pada setiap hari senin , Kyai Khatib
Sendang (cicit sunan Kudus) dan para pengikutnya menghibur masyarakat
sekaligus berdakwah.
Ciri khas musik SARONEN ini terdiri dari sembilan instrumen yang sangat
khas, karena disesuaikan dengan nilai filosofis Islam yang merupakan
kepanjangan tangan dari kalimat pembuka Alqur'anul Karim yaitu "
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM " yang kalau dilafalkan terdiri dari sembilan
keccab. Kesembilan instrumen musik SARONEN ini terdiri dari : 1 saronen,
1 gong besar, 1 kempul, 1 satu kenong besar, 1 kenong tengahan, 1
kenong kecil, 1 korca, 1 gendang besar, 1 gendang dik-gudik ( gendang
kecil ). Musik Saronen selalu dimainkan dengan cara berjalan
mengelilingi pedesaan.
C. LAGU DAERAH
Lagu daerah mempunyai ciri khas tersendiri di masing-masing daerah seluruh nusantara.
Ciri-ciri lagu daerah:
a. Syair lagu berbahasa daerah (hanya sedikit lagu daerah yang berbahasa Indonesia seperti lagu-lagu dari daerah maluku).
b. Menceritakan kondisi daerahnya, tentang adat-istiadat, atau legenda yang berasal dari daerahnya.
c. Berfungsi sebagai iringan tari daerah atau upacara adat daerah.
Lagu Daerah dibagi menjadi tiga jenis:
1. Lagu Rakyat
Adalah lagu daerah yang berkembang di kalangan di daerah pedesaan. Lagu
ini diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan, sehingga milik
bersama. Lagu ini biasanya tidak diketahui siapa penciptanya.
Ciri-ciri lagu rakyat:
· Sederhana yaitu syair lagu pendek, melodi lagu sederhana.
· Bertemakan tentang pergaulan rakyat.
· Meriah artinya memiliki irama yang riang dan menghibur, terkadang lucu.
· Bebas artinya lagu tidak terikat dengan aturan baku.
· Dipopulerkan secara lisan.
Contoh lagu rakyat: adalah Yamko rambe yamko, Suwe ora Jamu, Lir-ilir, Cublak-cublak Suweng, Gundul Pacul.
2. Lagu Klasik
Lagu klasik berkembang di kalangan istana dan bangsawan. Lagu klasik
diciptakan oleh komponis/pujangga istana. Komposisi musik klasik lebih
rumit dan berdurasi panjang. Tidak semua orang bisa membawakan lagu ini.
Biasanya diiringi musik gamelan atau sejenisnya. Lagu ini berfungsi
untuk upacara adat, penyambutan raja, atau sejenisnya. Ciri-ciri lagu
ini:
· Bersifat agung, artinya dibawakan saat mengiringi berbagai upacara keraton maupun upacara adapt daerah.
· Diciptakan oleh seorang komponis atau pujangga istana.
· Memiliki pola yang baku seperti aturan notasi, syair, irama, dan tempo.
· Dikembangkan secara tertulis.
· Memiliki tema tentang sejarah kebesaran kerajaan, kepahlawanan para kesatria, dan ajaran moral masyarakat.
Contoh Lagu Klasik: Pucung, pupuh asmarandana, pupuh kinanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar