Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya
seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi yang
memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang
terdapat di wilayah Nusantara. Di wilayah Nusantara ini,
terdapat beragam karya seni rupa terapan daerah. Ragam
seni daerah tersebut tumbuh dan berkembang dalam sukusuku
di wilayah Nusantara melalui proses waktu selama
ratusan bahkan ribuan tahun.
b. fungsi karya seni rupa terapan nusantara
Karya seni rupa terapan Nusantara memiliki dua
fungsi sebagai berikut.
1. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat praktis (kegunaan),
yaitu karya yang fungsi pokoknya sebagai benda pakai,
selain juga memiliki nilai hias. Misalnya, perabotan
rumah tangga, seperti meja dan kursi, lemari, dan
tekstil.
2. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat estetis (keindahan),
yaitu fungsi yang semata-mata sebagai benda hias.
Misalnya, karya batik atau tenun yang dibuat khusus
untuk hiasan dinding dan benda-banda kerajinan
untuk penghias ruangan, seperti topeng, patung, dan
vas bunga.
c. bentuk karya seni rupa terapan nusantara
Karya seni rupa terapan yang terdapat di Indonesia
sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan
teknik pembuatannya. Bentuk karya seni rupa terapan
tersebut, di antaranya terdapat pada bentuk rumah adat,
senjata tradisional, transportasi tradisional, dan seni kriya.
1. Rumah adat
Rumah adat di Indonesia mempunyai bentuk yang
sangat beragam. Jika melihat bangunan rumah adat di
Indonesia secara keseluruhan maka kita akan dapat
membedakan bangunan rumah adat tersebut berdasarkan
atapnya, ragam hiasnya, bentuk, dan bahan bakunya.
Misalnya, rumah Gadang di Padang bentuknya memanjang
ke samping dan rumah adat Minahasa bentuknya memanjang
ke belakang.
Rumah beratap joglo di Jawa, rumah beratap bubungan
tinggi di Jambi, rumah beratap gonjong di Minangkabau,
dan rumah beratap limas terpenggal di Papua. Bentuk rumah
dengan tiang yang berkolong, atau yang biasa disebut rumah
panggung terdapat di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
2. Senjata tradisional
Berbeda dengan masa lalu, beragam senjata tradisional
saat ini lebih sering digunakan sebagai peralatan untuk
bekerja. Selain itu juga digunakan sebagai perlengkapan
acara ritual, perlengkapan pakaian adat, pertunjukkan seni
tradisional, dan sebagai benda hias.
a. Pedang, badik, dan pisau tradisional
Termasuk dalam jenis ini adalah parang dari Ambon,
mandau dari Kalimantan, sundu dari NTT, celurit dari
Madura, pasa timpo dari Sulawesi Tengah, karih dari
Sumatra Barat, piso surit dari Sumatra Utara, golok
dari Jakarta, dan rencong dari Aceh.
Sebagaimana senjata tradisional umumnya, bilah
senjata dibuat dari bahan logam besi. Bilah mandau yang
berkualitas terbuat dari batu gunung yang dilebur
secara khusus dengan hiasan berasal dari bahan perak,
tembaga, bahkan emas.
Hampir semua jenis senjata menggunakan ragam hiasan
dengan beragam motif. Ragam hias senjata jenis rencong
seringkali menggunakan motif ular, bunga, dan lipan.
Hiasan berupa jumbai-jumbai menyerupai rambut
terdapat pada sebagian senjata mandau. Pada sarungnya
yang terbuat dari bahan kayu masih diberi hiasan
manik-manik dan bulu burung. Senjata khas Suku Dayak
Kalimantan ini memang penuh hiasan yang estetik.
b. Keris
Keris adalah senjata tradisional berujung lancip dan
bermata dua yang merupakan karya asli bangsa
Indonesia yang adiluhung. Termasuk dalam jenis ini
adalah senjata kujang dari Jawa Barat.
Ada dua kelompok jenis keris, baik dari segi kegunaan,
bahan, teknik pembuatan, dan kualitasnya. Ada keris yang
digunakan untuk keperluan ritual-ritual adat, dibuat
dari bahan-bahan pilihan dengan teknik yang lebih
rumit dan lama. Kebanyakan keris ini diciptakan oleh
para Mpu pada zaman dahulu. Kelompok kedua adalah
jenis keris yang kegunaannya lebih sebagai hiasan atau
untuk pertunjukan kesenian tradisional, termasuk untuk
pelengkap busana dalam acara adat perkawinan. Para
pengrajin sekarang kebanyakan membuat keris jenis ini.
Bilah keris terbuat dari perpaduan logam besi dan baja,
bahkan ada yang berlapis emas. Dibuat dan dibentuk
dengan teknik tempaan. Gagang dan warangkanya
umumnya terbuat dari kayu pilihan. Bentuk bilahnya
ada yang lurus ada yang berlekuk-lekuk. Jumlah lekukan
bervariasi karena mengandung makna tertentu. Keris
di Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan beberapa daerah
lain memiliki ciri khas masing-masing, baik bentuk
maupun ukurannya. Senjata lainnya yang memiliki
kemiripan dengan keris terutama dalam hal ukuran,
bahan, dan fungsi ialah tombak.
Ragam hias yang digunakan bervariasi di setiap daerah.
Secara umum motif hiasan terdapat di setiap bagian
keris. Permukaan bilah keris umumnya terdapat tekstur
yang membentuk alur tertentu yang disebut pamor.
Warnanya keperak-perakan karena terbuat dari baja
putih. Para Mpu zaman dahulu membuatnya dari bahan
batu meteor yang sangat langka.
3. Transportasi tradisional
Alat transportasi yang masih mempertahankan
bentuk dan ciri khas tradisionalnya masih dapat dijumpai
di wilayah Nusantara. Misalnya, perahu, kereta kuda,
pedati, dan becak.
a. Perahu
Keberadaan perahu di Indonesia seusia datangnya
nenek moyang bangsa Indonesia ke Nusantara. Sebagai
bukti, telah ditemukan lukisan perahu pada dinding
gua di Papua, Sulawesi, dan Maluku. Perahu pada masa
itu bentuknya masih sederhana.
Perahu yang digunakan di Nusantara memiliki bentuk
dan ragam hias yang beragam. Keragaman tersebut
sebagai akibat perbedaan latar budaya, pengaruh
budaya asing, daya kreasi pembuatnya, dan ketersediaan
sumber daya alamnya. Semua pola hiasnya
menggunakan warna, sebagian lagi paduan warna
dan pahatan. Sebagian besar perahu tersebut bermotif
garis dan bidang, baik bidang geometrik maupun
bidang organik, sebagian lagi bermotif hewan, tumbuhan, stilasi, pilin berganda, serta motif huruf.
Posisi hiasan ada yang di seluruh bagian kapal, ada
yang separuh bagian kapal, atau salah satu bagian saja.
Misalnya, perahu penangkap ikan jenis compreng di
Jawa Barat yang penempatan hiasannya di seluruh
bagian kapal.
b. Andong, pedati, dan becak
Andong merupakan alat transportasi darat tradisional
yang masih banyak digunakan oleh masyarakat di
Indonesia. Kendaraan ini terbuat dari bahan kayu, termasuk
bagian rodanya. Hanya bagian-bagian tertentu
yang harus menggunakan
besi. Andong ditarik dengan tenaga kuda. Di Jawa
Timur andong disebut dokar.
Setiap daerah memiliki pola khas yang sudah menjadi
tradisi dalam menghias andongnya. Motif hiasan dokar
di Jawa, terutama di Jawa Timur cenderung memiliki
ciri khas khusus yang ditempatkan di beberapa
bagian. Warna hitam mendominasi seluruh bagian
dokar dengan motif hiasan warna cerah.
Selain andong, alat transportasi konvensional
yang masih banyak dimanfaatkan adalah pedati.
Meski sudah jarang terlihat, namun di beberapa
daerah masih seringkali ditemukan kendaraan
jenis ini. Kendaraan pengangkut bertenaga sapi
ini biasanya untuk mengangkut barang dengan beban berat.
Jenis transportasi tradisional lainnya adalah becak.
Becak dapat dijumpai di Jawa, Sulawesi, dan Sumatra.
Becak bermotor terdapat di Gorontalo dan Pematang
Siantar (Sumatra Utara). Becak motor merupakan kombinasi
antara motor dan becak. Keunikannya adalah karena sebagian motor yang
digunakan adalah motormotor
tua yang kebanyakan peninggalan zaman Belanda.
4. Seni kriya
Bentuk karya seni kriya Nusantara amat beragam.
Beragam pula bahan alam yang digunakan. Dari sejumlah
seni kriya Nusantara, ada yang tetap mempertahankan
ragam hias tradisional dan ada pula yang telah dikembangkan
sesuai dengan tuntutan pasar. Seni kriya dapat
dikelompokkan menjadi seni kriya pahat, seni kriya tekstil, seni
kriya anyaman, dan seni kriya keramik.
a. Seni kriya pahat
Jenis, bentuk, bahan, dan teknik dalam seni pahat sangat
beragam, dari jenis ukir, patung, dan aneka kerajinan
lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu,
juga menggunakan batu, aneka logam, emas, serta
tulang dan kulit hewan.
Bali merupakan daerah yang banyak menghasilkan seni
pahat berupa ukiran, patung, hingga barang-barang
kerajinan. Patung arca dengan bahan batu andesit juga
dibuat di Bali. Bentuknya menyerupai benda-benda
purbakala.
Salah satu hasil dari seni pahat yang unik adalah wayang
kulit dan wayang beber yang terbuat dari kulit binatang,
serta wayang golek yang terbuat dari kayu. Kerajinan
wayang kulit dan wayang beber terdapat di daerah
Yogyakarta, Surakarta, dan Sragen. Sedangkan wayang
golek banyak diproduksi di Jawa Barat.
Di Jepara (Jawa Tengah) tersohor dengan seni ukir khas
Jawa. Daerah lain di Jawa penghasil seni pahat dalam
bentuk topeng, patung, ukiran, dan lain-lain adalah
Kudus, Bojonegoro, dan Cirebon.
Seni patung Suku Asmat dan Kamoro di Papua terkenal
dengan kekhasannya, dengan bentuk dan ukuran
yang beragam.
Di Palembang, karya ukir kayu juga diwujudkan pada
perabot rumah tangga dengan ciri khas menggunakan
warna emas dan cokelat tua. Di Sumatra Utara, seni
pahat masyarakat Batak selain berupa ukiran hias pada
bangunan rumah adat, juga terdapat pada bendabenda
yang berfungsi sebagai perlengkapan ritual.
b. Seni kriya tekstil
Keragaman karya seni tekstil bisa dilihat dari jenis, teknik,
ragam hias, dan bahan yang digunakan. Jenis karya
tekstil di Nusantara bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu karya batik dan karya tenun.
1) Karya batik
Proses pembuatan kain batik dapat dilakukan
dengan teknik tulis, teknik cap, dan teknik lukis.
Teknik batik tulis merupakan teknik yang paling
banyak diterapkan di Indonesia. Selain di Jawa,
batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra,
Sulawesi, dan Bali.
Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam.
Corak batik Jawa umumnya bergaya naturalis
dengan sentuhan warna-warna yang beragam.
Corak batik pesisir umumnya menunjukkan adanya
pengaruh asing. Pekalongan merupakan penghasil
batik yang terkenal dan termasuk dalam golongan
batik pesisir. Daerah batik bercorak pesisir yang
lain adalah Madura, Tuban, dan Cirebon. Batik
daerah ini didominasi perpaduan warna yang
kontras, seperti merah, kuning, cokelat, dan putih.
Sedangkan Batik Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya
umumnya menggunakan warna-warna redup,
seperti cokelat, biru, hitam, dan hijau.
2) Karya tenun
Indonesia adalah salah satu negara penghasil tenun
terbesar terutama dalam hal keragaman corak
hiasannya. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat
dan tenun songket. Yang membedakan keduanya
adalah pada teknik pembuatan dan bahan yang
digunakan. Pada songket ada tambahan benang
emas, perak, atau benang sutra.
Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun ikat,
antara lain Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi, Bali,
Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Flores,
dan Maluku. Sedangkan penghasil songket yang
terkenal, antara lain Aceh, Sumatra Barat, Riau
Palembang, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi,
Bali, Lombok, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Ragam hias pada kain tenun di Nusantara beragam
coraknya. Ragam hias dengan motif geometrik, flora,
dan fauna mendominasi ragam hias karya tekstil
di Nusantara. Kain tenun kebanyakan dipakai untuk
selendang, sarung, kebaya, dan ikat kepala seperti
pada pakaian adat.
Bahan yang dipakai untuk membuat kain tenun
ditentukan oleh ketersediaan alam daerah setempat.
Di Sumbawa (NTT) semua produk kain tenun dibuat
dari benang kapas. Kain songket berbahan benang
sutra dapat dijumpai di Aceh, Sumatra Barat,
Palembang, dan Bali, sedangkan yang berbahan
dasar benang katun dapat dijumpai di Flores.
c. Kriya anyaman
Seni kerajinan anyaman di Indonesia sangat beragam,
baik jenis, bahan, maupun bentuknya. Bahan untuk membuat
anyaman kebanyakan dari kulit bambu, batang rotan,
dan daun pandan. Bahan-bahan alam lainnya adalah
pelepah pisang, enceng gondok, dan serat kayu.
Teknik pembentukan anyaman adalah dengan memanfaatkan
jalur lungsi (vertikal), jalur pakan (horizontal), dan
jalur gulungan (diagonal). Pembentukan pola motif
anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan
perbedaan warna.
Kerajinan anyaman yang tersebar di
Nusantara terdiri atas bentuk-bentuk
tradisional yang masih bertahan,
pengembangan dari bentuk-bentuk
tradisional, hingga bentuk-bentuk
desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat)
adalah salah satu pusat kerajinan
anyaman dari berbagai bahan dan
bentuk. Di Halmahera (Maluku) rotan
diproduksi menjadi tas punggung.
Di Papua, anyaman dapat ditemukan pada produksi
gelang khas masyarakat Papua yang terbuat dari serat
kayu dan batang anggrek hutan.
d. Kriya keramik
Bahan dasar keramik adalah tanah liat. Benda keramik
dibentuk dengan berbagai teknik, antara lain teknik cetak,
lempeng, pijit, dan pilin. Setelah dibentuk, kemudian
diberi hiasan. Jika sudah melalui proses pengeringan,
dibakar dengan suhu tertentu.
Keramik diproduksi untuk benda-benda hias atau benda
pakai dengan keragaman variasi bentuk, misalnya guci,
pot bunga, vas bunga, dan sebagainya. Daerah-daerah
penghasil keramik tersebar luas di Nusantara, antara
lain di Yogyakarta, Malang, Cirebon, dan Purwokerto.
Pengertian, Fungsi, dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar